Kampoeng Batik Laweyan Solo
Destinasi Wisata Batik #1 Indonesia
Kapuk Dadi Lawe
Kenapa Anda Sangat Direkomendasikan Berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan Solo?
Kampoeng Batik Tertua di Indonesia
Industri batik tulis warna alami di Laweyan mulai berkembang pada abad 14 M semasa pemerintahan keraton Pajang. Berikutnya ketika teknik batik cap ditemukan pada tahun 1900an sehingga melahirkan juragan-juragan batik yang melegenda dengan kekayaannya. Artefak kejayaan industri batik dengan mudah ditemukan disini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, akademisi maupun kru media domestik dan internasional yang antusias berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan.
Cagar Budaya Nasional
Laweyan juga identik dengan keberadaan bangunan Cagar Budaya dari masa Keraton Pajang (abad 14 M) sampai masa kejayaan industri batik sekitar tahun 1900 – 1960an. Masa kejayaan Laweyan sangat erat dengan legenda Mbok Mase dan Mas Nganten, sebutan bagi juragan batik yang sangat disegani berkat prestasinya dalam perdagangan batik. Rumah-rumah mereka bak istana masa lampau yang sebagian beralih fungsi sebagai showroom batik untuk menyambut para wisatawan. Rumah-rumah kuno eksotis ini sering dijadikan sebagai latar belakang pembuatan film dan program acara media TV nasional dan internasional.
Wisata Belanja Batik
Di sepanjang Jalan Sidoluhur maupun gang-gang sebelahnya terhampar puluhan industri batik dan showroom batik dengan nuansa tradisonal maupun moderen yang siap memanjakan para pengunjung. Tersedia banyak pilihan produk batik dan kerajinan tangan sesuai kualitas maupun harganya.yang bersahabat. Anda bisa memesan produk sesuai model maupun variasi jenis bahan, bahkan ada yang bisa anda tunggu prosesnya pada hari itu juga,.
Wisata Edukasi Batik
Ilmu pembuatan batik yang dulu jadi “rahasia” eksklusif para Juragan Batik sekarang bisa diakses wisatawan, akademisi, siswa sekolah, komunitas ataupun siapa saja yang berminat mempelajarinya. Para pengunjung bisa langsung belajar membatik secara singkat di berbagai lokasi dengan latarbelakang yang artistik. Bagi yang minat mendalami teknik pembuatan batik tingkat lanjut dan kewirausahaan batik, kami juga membuka pintu “regol” seluas-luasnya.
Sejarah Laweyan yang sangat inspiratif
Sejarah Laweyan sangatlah panjang bahkan beberapa ratus tahun sebelum berdirinya kota Yogyakarta dan Surakarta. Dimulai dari era kerajaan Pajang (14 Masehi) sampai dengan era pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh Kyai Haji Samanhudi sebagai pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911. Sejarah panjang ini memunculkan banyak cerita inspiratif dan heroik yang penuh filosofi hidup tinggi sehingga sangat diminati para peneliti dan sejarawan dari berbagai penjuru negeri.
Kampung Santri Laweyan
Laweyan adalah lokasi bersejarah dimulainya syiar dakwah Islam yang dirintis oleh Kyai Ageng Henis (murid Sunan Kalijaga). Syiar dakwah ini terus berlanjut dari masa ke masa yang ditandai dengan berdirinya masjid-masjid di seputar Laweyan yang masih eksis sampai sekarang. Pola hidup agamis bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat Laweyan sehari-harinya. Laweyan adalah daerah “hijau” yang melahirkan tokoh-tokoh muslim yang berjaya pada masanya.
Industri Batik Ramah Lingkungan
Sentra Batik Laweyan tercatat sebagai pelopor industri batik moderen yang “ramah lingkungan” sejak tahun 2006 dengan mengaplikasikan Instalasi Pengolah Air Limbah secara komunal. IPAL komunal pertama di Indonesia ini dibangun atas bantuan GTZ dari Jerman dan BLH Surakarta. Sejak saat itu banyak akademisi, siswa sekolah, pemda dan komunitas UKM yang mengadakan studi banding terkait pengelolaan IPAL komunal. Keberadaan IPAL ini memberi inspirasi dan motivasi daerah lain untuk segera berbenah menuju terbentuknya kawasan industri ramah lingkungan.
Wisata Kuliner Laweyan
Dengan nuansa khas Laweyan yang unik dan bersejarah, para wisatawan bisa menikmati aneka kue, minuman dan masakan tradisional yang diwariskan turun temurun. Di berbagai sudut Laweyan terdapat toko, warung, resto dan cafe yang siap memanjakan lidah pengunjung. Untuk rombongan turis tersedia paket wisata kuliner spesial dengan menu masakan tradional “laweyan tempo doeloe” yang disajikan secara prasmanan di rumah kuno yang megah milik Mbok Mase.
Profil Kampoeng Batik Laweyan Solo
Laweyan Telah Dipublikasikan oleh Media Internasional dan Nasional
Support Team:
Simak kata Akademisi, Volunteer Kampung, Penggiat Komunitas dan Pejabat yang telah berkunjung ke Laweyan:
KBL ( Kampoeng Batik Laweyan ) adalah objek research saya ketika menyelesaikan skripsi di bidang perencanaan wilayah dan kota. Birokrasi, keramahan dan kemutakhiran data di FPKBL tidak diragukan lagi. Kenapa saya pilih lokasi ini? Karena ada banyak heritage baik fisik maupun non fisik yg masih sangat dijaga dan dipelihara yg dijadikan komoditas atraksi wisata. Selain itu batik tulis yang dihasilkan dengan motif yang beragam dan filosofi batik solo yg masih sangat dijaga. KBL bagi saya bukan hanya objek research tapi juga edukasi dan wisata heritage maupun wisata batik solo. KBL dan FPKBL mampu mengembangkan diri sebagai destinasi wisata batik solo dan heritage yg the best di kota Solo. Novia Sari Ristianti (Semarang – Dosen Teknik PWK (PlanologiI) Universitas Diponegoro)
Kampoeng Batik Laweyan adalah salah satu kawasan lanskap budaya di Indonesia yang kaya akan potensi budaya dan sejarah yang telah diwarisi sejak nenek moyang. Salah satu warisan yang tak ternilai yang dimiliki di kampoeng batik laweyan adalah seni batik yang masuk dalam warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage). Seni batik solo yang menjadi daya tarik utama ini diperkaya dengan situs-situs bersejarah seperti makam dan mesjid bersejarah serta situs lainnya.
Potensi ini menjadi magnet yang kuat dalam menarik wisatawan. Dengan perencanaan kawasan yang lebih baik, kampuoeg batik Laweyan akan mampu menawarkan beragam jenis wisata yang lebih tertata dan mampu melayani kebutuhan pengunjung dalam pelayanan yang maksimal, sekaligus membuat Kampoeng Batik Laweyan tetap lestari dengan peninggalan budaya dan sejarah serta kesejahteraan masyarakat berbasis bisnis batik ini menjadi lebih meningkat.
Di samping itu kampoeng batik laweyan memiliki potensi komunitas masyarakat yang berperan besar dalam turut menjaga kelestarian kawasannya. Kekuatan komunitas ini akan membantu menjadikan kawasan kampoeng batik laweyan menjadi destinasi wisata batik solo yang ramah dan layak dikunjungi.
Yuni Prihayati (Bogor – Komunitas Lanskap Budaya)
KAMPOENG BATIK LAWEYAN PILIHAN LANGKAH DALAM MENGGAPAI KEJAYAAN MASA LALU Medio Juni 2010, merupakan kesempatan yang tak pernah terlupakan. Dalam kesempatan kunjungan kerja ke “Kampoeng Batik Laweyan”, saya untuk pertama kalinya ditemui oleh Sdr Arif Budiman Effendi, Nara Sumber yang membidangi masalah pemanfaatan TI pada Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Adapun Nara Sumber berikutnya yakni Pak Widhiarso, yang membidangi masalah penelitian dan pengembangan, serta Bapak Ir. Alpha Fabela Priyatmono, MT sebagai Ketua FPKBL. Dari yang disebut terakhir inilah terbetik sebuah niat yang tulus dan penuh kesadaran akan pentingnya mengembalikan puncak kejayaan masa lalu “Kampoeng Batik Laweyan”.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Ketua FPKBL bahwa sekitar tahun 1911 industri batik Laweyan pernah mengalami masa keemasan, hingga pada suatu saat para bangsawan kraton Surakarta Hadiningrat tidak mampu lagi menyaingi kekayaan para saudagar Nglaweyan. Bukti-bukti ke arah itu dapat dilihat dari ditemukannya salah satu surat di Arsip Nasional Jakarta, tercatat sebagai “Agenda Guvernement Secretais” tanggal 1 Agustus 1908.
Masa lalu boleh dikenang, masa kini tidak untuk ditangisi, dan masa depan harus diperjuangkan. Demikian sebuah lontaran kata-kata yang bernada puitis yang terlontar dari Pak Widhiarso. Senada dengan keterangan tersebut dikatakan oleh Sdr Arif bahwa “masa depan harus kita rebut”. “Dengan teknologi informasi kita dapat mewujudkan mimpi-mimpi tersebut” demikian keterangan Sdr Arif. Bahwa menggabungkan tiga disiplin ilmu yang berbeda yaitu sains, teknologi dan seni bisa merupakan langkah maju dalam menghasilkan motif-motif karya batik.
Demikian juga halnya bahwa pemasaran karya batik tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara yang bersifat tradisional melainkan harus melalui teknik pemasaran jarak jauh dengan memanfaatkan kemajuan TI. Website sangat bermanfaat dalam penyebaran informasi dengan cepat secara realtime tanpa harus meninggalkan ruangan tempat ia bekerja. Lima tahun telah berlalu. Dahulu ketika saya pertama kali datang ke “Kampoeng Batik Laweyan” baru terdapat 20 gerai batik yang sekarang telah meningkat menjadi tidak kurang dari 50 gerai.
Ketika itu Sdr Arif seoalah berjalan terseok dalam kesenderian. Orang tidak terlalu menghiraukan dengan keterangan Sdr Arif bahwa TI bisa dimanfaatakan dalam mencapai optimalisasi hasil kerja industriawan batik. Beruntung bahwa pemikiran Sdr Arif mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Bapak Ir. Alpha Fabela Priyatmono, MT sebagai Ketua FPKBL. Adapun terhadap para pengusaha batik lainnya ada yang mengatakan bahwa pemilikan domain website bagi perusahaannya hanyalah sekedar “mengejar gengsi” saja.
Bagi mereka pemasaran lewat mulut ke mulut dipandang masih lebih ampuh dibanding melalui media internet. Ya..ya..ya!. Ungkapan tersebut memang benar adanya, namun sudah menjadi kebanaran umum bahwa “website dapat mengambil alih peran komunikasi tradisional, komunikasi dari mulut ke mulut”. Sebagai buktinya, lihat saja sekarang bahwa FPKBL telah memanfaatkan Website sebagai media pemasaran wisata ke Kampoeng Batik Laweyan dengan berbagai paket wisata di dalamnya.
Sebagai akhir keterang ini saya menghaturkan “Selamat Berkarya Semoga Sukses” bagi segenap pengurus FPKBL dan seluruh anggota forum di dalamnya sampai pada saatnya nanti Kampoeng Batik Laweyan bisa mencapai masa keemasannya seperti ketika dipimpin oleh “Saudagar Besar” Kyai Haji Samanhoedi dan segenap kerabat dan handai taulannya. Aamiin Yaa Rabb.!.
Parwoko (Jakarta – Kementerian Kominfo)
Laweyan adalah sebuah nama tempat yang lengkap, baik secara makna maupun keberadaan fisiknya. Dari sisi makna dan sejarah, Laweyan sangat erat dengan perjalanan sejarah pergerakan dan kemerdekaan Nusantara. Mulai saat ia didirikan oleh Kyai Ageng Henis, bertransformasi dalam kekuatan Syariat Islam Haji Saman Hudi, dan terus bergerak hingga jaman kemerdekaan dan saat ini, termasuk saat berdirinya FPKBL. Semuanya menunjukkan semangat berjuang, produktif, dan berdaya bersama. Ini adalah kekhasan yang mungkin sulit ditemui di daerah lain.
Sementara dari keberadaan fisik, terkait konteks saat ini, Laweyan sebagai industri batik andalan di Indonesia, tidak hanya memajukan aspek industrialisasi dan komersialisasi batik semata; karena masyarakatnya memiliki pandangan yang utuh sekaligus integratif dalam memajukan Laweyan baik secara lingkungan, budaya, pendidikan, dan pemberdayaan. Oleh karenanya, berkunjung ke Laweyan, para wisatawan akan dihantarkan pada pemahaman dan pengalamanyang lengkap atas identitas ke-Indonesiaan, lebih dari sekedar turisme batik. Sukses untuk Laweyan.
Siti R. Susanto – Alumni Universitas Muenster, Jerman
Sejak tahun 2004, wilayah Kelurahan Laweyan telah menjadi destinasi pariwisata bernama Kampoeng Batik Laweyan dan sekaligus menjadi klaster industri batik yang dikelola oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Setelah menjadi klaster industri batik, diharapkan terjadi suatu sistem kerja sama di antara industri sejenis. Melalui sistem kerja sama atau jalinan kemitraan yang dibangun tersebut, para perajin batik akan lebih berhasil di dalam usahanya dibandingkan dengan bekerja secara sendiri-sendiri.
Pengembangan pariwisata di wilayah ini disinergikan dengan pelestarian kawasan cagar budaya dan pengembangan usaha pembuatan batik yang dikelola oleh para juragan kakung yang terkenal ulet (rajin, tekun, dan tabah) yang terhimpun di dalam klaster industri batik. Sinergi antara pengembangan pariwisata, pelestarian kawasan cagar budaya, dan pengembangan klaster industri batik, terbukti mampu menarik perhatian wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Kampoeng Batik Laweyan.
Berbagai fasilitas dan layanan wisata telah disiapkankan oleh masyarakat setempat bersama berbagai pihak, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi Kampoeng Batik Laweyan. Berbagai daya tarik wisata yang menjadi unggulan yang sekaligus sebagai tujuan kunjungan wisatawan telah disiapkan pula, antara lain: wisata kawasan cagar budaya, wisata belanja batik, wisata edukasi, dan wisata edukasi kreatif.
Daya tarik wisata edukasi kreatif, diminati wisatawan mulai tahun 2008-an, dan mengalami kecenderungan peningkatan peminat-wisatawan pada setiap tahunnya. Pada saat melakukan wisata edukasi kreatif tersebut, para wisatawan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas, melalui praktek langsung dalam membuat batik di rumah-rumah perajin batik dan tempat khusus yang disediakan untuk mengelola kunjungan wisatawan dalam jumah besar. Wisata edukasi kreatif ini mampu melahirkan kerajinan batik sebagai souvenir (menjadi milik wisatawan) yang dibuat bersama para perajin batik dalam waktu relatif singkat dan murah biayanya.
Perkembangan Kampoeng Batik Laweyan sebagai destinasi pariwisata, berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi masyarakat setempat dan terutama kesejahteraan para perajin batik. Sehingga dalam mengembangkan pariwisata, terutama dalam pengelolaan kawasan cagar budaya agar terjaga kelestarian, diupayakan seiring dengan pengembangan klaster industri batik. Untuk itu kehadiran dan kontribusi FPKBL, pengusaha, akademisi, dan Pemerintah Daerah, sangat diperlukan. Terima kasih, salam.
Edi Kurniadi (Surakarta – Dosen FKIP UNS
Kami mengenal lebih dekat Kampoeng Batik Laweyan sejak tahun 2010. Dimana pada saat itu kami dari Kampoeng Batik Palbatu Jakarta berkunjung kesana. Kami diajak berkeliling dengan menggunakan sepeda tua/onthel untuk melihat semua apa saja yang ada di Kampoeng Batik Laweyan. Dari mulai bangunan tua, pengrajin batik, pengolahan limbah dan banyak lagi yang lainnya termasuk kuliner dan lain lain.
Bagi kami dari Kampoeng Batik Palbatu Jakarta, saat ini sangat berterima kasih dengan Kampoeng Batik Laweyan yang telah memberi banyak masukan mengenai Kampung Batik. Bahkan kami juga didukung dengan berbagai kegiatan termasuk pembuatan Sister Village antara Kampoeng Batik Laweyan Solo dengan Kampoeng Batik Palbatu Jakarta.
Sukses terus buat Kampoeng Batik Laweyan dan terima kasih atas supportnya selama ini.
Budi Darmawan (Penggagas Kampoeng Batik Palbatu Jakarta)
Hubungi Kami:
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Sekretariat: Jl. dr Rajiman 521 Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta – 57148
Admin: +62 812-2670-5707